Jumat, 04 November 2011

PEMIJAHAN IKAN LELE SECARA ALAMI


I.                  PENDAHULUAN


1.1.      Latar Belakang
Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan berkembang.  Budidaya perikanan adalah salah satu sektor dalam bidang perikanan selain penangkapan dan pengolahan.  Budidaya perikanan  merupakan suatu kegiatan untuk memproduksi biota (organisme) perairan di dalam suatu lingkungan terkontrol.  (Effendi. I, 2004).
Di Indonesia tidak sedikit hewan air tawar, payau dan laut yang dikenal sebagai komoditas ekonomis penting.  Usaha budidaya perikanan sebenarnya sudah dikenal sejak lama sejalan dengan kegiatan penangkapan dan pengumpulan  dialam.  Hanya saja usaha budidaya perikanan saat itu masih sangat sederhana.  Namun saat ini dengan kemajuan teknologi sudah mulai dilakukan pengembangan berbagai sistem budidaya seperti monokultur, polikultur, bikultur, dan sebagainya yang kesemuanya itu untuk menunjang keberhasilan budidaya.( Khordi, 2003)
IKan lele dumbo bukan merupakan jenis ikan yang asing bagi masyarakat Indonesia, khususnya di daerah Jawa. Lele dumbo sebenarnya bukan merupakan ikan asli Indonesia, ikan ini m erupakan ikan yang didatangkan dari luar. Lele dumbo merupakan persilangan antara ikan spesies Clarias gariepinus dengan spesies clarias fuscus. Ikan lele sangat mudah untuk dibudidayakan. Ikan ini bisa hidup pada air yang berkualitas rendah dan bisa pula hidup dengan padat tebar yang tinggi.
Ikan lele memiliki nilai ekonomis yang penting,ikan ini sangat banyak digemari oleh masyarakat karena harganya yang relative terjangkau. Permintaan pasar akan kebutuhan ikan lele sangat tinggi. Banyak sekali orang yang suka memakan ikan lele. Hal ini menyebabkan produksi ikan lele sangat perlu untuk ditingkatkan agar tercukupi kebutuhan pasarnya.
Lele dumbo merupakan salah satu ikan ekonomis penting.  Permintaan pasar (konsumen) terhadap lele dombo cenderung mengalami peningkatan.  Produksi lele dumbo merupakan sumber gizi dan dapat diolah menjadi aneka makanan yang lezat dan dagingnya juga mengandung protein 17.7 %, lemak 4.8 %, mineral 1,2 % dan nutrisi lainnya.  Selain itu lele dumbo dikenal mempunyai sifat pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan lele lokal.  Untuk menunjang keberhasilan budidaya lele dumbo ketersediaan benih yang baik mutlak diperlukan agar keuntungan yang diperoleh maksimal.  (Rukmana, 2003).
1.2.       Tujuan
Secara alami setiap ikan lele mampu melakukan proses pemijahan. Pemijahan ini bertujuan untuk menghasilkan keturunan dari ikan tersebut. Dalam skala budidaya, memijahkan ikan lele memilki tujuan, yaitu: 
1.        Untuk mengatur produksi benih sehingga memungkinkan benih dapat diproduksi si luar musim memijah; dan
2.        mendapatkan benih yang baik dari segi kualitas, kuantitas maupun kontinuitas.



II.               TINJAUAN PUSTAKA


2.1.       Diskripsi Ikan Lele Dumbo
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) telah banyak dikenal orang sebagai ikan peliharaan yang baik, mudah dipelihara dalam kolam dan genangan air biasa  Nama lele dumbo diberikan karena lele jenis ini cepat sekali pertumbuhan tubuhnya.  Kata dumbo berasal dari “jumbo” yang artinya besar ( Effendi, 2003).
Kedudukan ikan lele dumbo dalam sistematika (taksonomi) hewan diklasifikasikan sebagai berikut :
Phyllum             :           Chordata
Kelas                  :           Pisces
Sub kelas           :           Teleostei
Ordo                  :           Ostariophsyi
Sub ordo            :           Siluroidae
Famili                 :           Claridae
Genus                :           Clarias
Spesies               :           Clarias gariepinus

Ikan lele mempunyai bentuk badan yang agak berbeda dengan ikan-ikan kebanyakan.  Tengah badannya mempunyai potongan membulat dengan kepala pipih kebawah (depressed), sedangkan bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping (compresed).  Sirip ekor membulat, sirip dada dilengkapi sepasang duri tajam yang disebut sebagai patil/ taji.  Mulut berada diujung moncong/terminal.  Kulitnya tidak mempunyai sisik, berlendir dan licin sehingga sulit saat ditangkap dengan tangan.  Diatas rongga insang terdapat selaput alat pernafasan tambahan (labirin) yang memungkinkannya dapat mengambil oksigen langsung dari udara.  Diatas rongga perut lele dumbo terdapat tulang weber yang berfungsi sebagai alat pengatur keseimbangan gerakan saat berenang.  Patil lele dumbo walaupun berfungsi sebagai alat mempertahankan diri namun tidak mengandung racun  (Susanto, 1987).

2.2.       Tingkat Kematangan Gonad ( TKG )
Perkembangan gonad dilihat dari berbagai aspek, termasuk proses-proses yang terjadi didalam gonad baik terhadap individu maupun populasi. Tingkat kematangan gonad pada ikan diperlukan untuk beberapa tujuan antara lain untuk mengetahui perbandingan antara ikan yang masak gonadnya dengan yang belum, mengetahui apakah ikan sudah memijah atau belum. Dalam menentukan tingkat kematangan gonad ada dua cara yaitu cara histologi dan morfologi. Sedangkan yang banyak digunakan oleh para peneliti adalah cara morfologi. Menggunakan tanda utama untuk membedakan kematangan gonad berdasarkan berat gonad. Secara alamiah hal ini berhubungan dengan ukuran dan berat tubuh ikan keseluruhannya atau tanpa berat gonad. Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan 2 cara, yang pertama cara histologi dilakukan di laboratorium dan yang kedua dengan cara pengamatan morfologi. Cara histologi perkembangan gonad dilakukan dengan cara anatomi, sedangkan pada morfologi ialah dilihat bentuk, ukuran, panjang dan berat, warna, dan perkembangan isi gonad. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan karena perkembangan diameter telur pada ikan betina lebih mudah dilihat daripada sperma yang terdapat di dalam testis ikan jantan ( Effendi, 2003).
Menurut Nikolsky (1969), perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh dinamakan koefisien kematangan yang dinyatakan dalam persen. Sedangkan menurut Johnson (1971), menamakan perbandingan tersebut ialah index of maturity, namun diantara banyak peneliti menamakan indeks tersebut adalah Gonado Somatic Index (GSI).
Pada perkembangan gonad ikan betina selain dilihat dari hubungan antara GSI dan TKG, dapat dihubungkan dengan perkembangan garis tengah telur yang dikandungnya hasil dari pengendapan kuning telur selama proses vitollegenesis. Tiap spesies ikan pada matang gonad mempunyai ukuran yang berbeda (Nikolsky, 1969).

2.3.       Fekunditas
fekunditas merupakan hal yang penting untuk menentukan kelangsungan populasi serta dinamikanya. Adapun yang dimaksud dengan fekunditas yaitu jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan memijah, atau disebut pula fekunditas. Sedangkan fekunditas nisbi yaitu jumlah telur per satuan panjang atau berat ikan (Effendie, 2002). Menurut Bagenal dan Braum (1978), fekunditas pada ikan bervariasi menurut panjang, berat dan umur dari ikan. Hal ini seperti yang dikemukakan juga oleh Weatherley (1972) dan Lagler (1961), bahwa fekunditas ikan berhubungan dengan panjang atau berat ikan. Fekunditas merupakan suatu subyek yang dapat menyesuaikan dengan bermacam-macam kondisi terutama terhadap makanan.
Menurut Nikolsky (1969), jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total. Dalam hal ini ia memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan. Oleh karena itu dalam memperhitungkannya harus diikutsertakan semua ukuran telur dan masing-masing harus mendapatkan kesempatan yang sama. Konsekuensinya harus mengambil telur dari beberapa bagian ovari (kalau bukan dengan metoda numerikal). Kalau ada telur yang jelas kelihatan ukurannya berlainan dalam daerah yang berlainan dengan perlakuan yang sama harus dihitung terpisah. Selanjutnya Nikolsky menyatakan bahwa fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula. Dalam ovari biasanya ada dua macam ukuran telur, yang besar dan yang kecil. Telur yang besar akan dikeluarkan pada tahun itu dan yang kecil akan dikeluarkan pada tahun berikutnya. Tetapi sering terjadi kalau kondisi baik, telur yang kecil pun  akan dikeluarkan menyusul telur yang besar. Sehubungan dengan ini maka dianjurkan untuk menentukan fekunditas ikan apabila ovari ikan itu sedang dalam tahap kematangan yang ke IV (menurut Nikolsky) dan yang paling baik sesaat sebelum terjadi pemijahan.
Fekunditas adalah jumlah telur persatuan berat atau panjang. Fekunditas inipun mewakili fekunditas individu bahkan ada yang mengkombinasikan penggunaan fekunditas relatif yaitu ovari persatuan berat dengan panjang ikan (Effendie, 2002).
2.4.       Pemijahan Alami
Pembenihan merupakan kegiatan awal didalam budidaya ikan sebelum kegiatan pendederan dan pembesaran.  Kegiatan ini bertuiuan memperoduksi benih yang merupakan bahan baku produksi ikan konsumsi melalui proses pemijahan.  Pembenihan ikan dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung dari jenis ikan dan sifat biologisnya.  Pembenihan ikan lele dapat dilakukan dengan teknik pemijahan alami, semi buatan dan buatan.
Pemijahan alami merupakan tekhnik pemijaha dimana ikan dibiarkan memijah secara alami pada kolam tanpa ada bantuan manusia, tetapi semua kondisi saat pemijahan sudah dimanipulasi mansuia.Pemijahan alami ikan lele dilakukan dengan memasukkan induk betina dan induk jantan yang sudah matang gonad pada satu kolam pemijahan yang telah diberi substrat berupa kakaban ( ijuk yang diapit oleh bambu ). Pada umumnya ikan lele memijah pada malam hari, karena ika ini cenderung memijah saat suasana tenang. Induk jantan dan betina pada sore hari dimasukkan kedalam kolam pemijahan dan kolam ditutup agar ikan tidak loncat keluar. Ikan lele memijah pada saat malam hari, dan pada pagi harinya setelah telur ikan keluar maka  induk jantan dan betina dipindahkan ke kolam induk kembali (Effendi, 2003).


IIIMATERI DAN METODE

3.1.       Materi
3.1.1.           Alat
Alat yang digunakan dalam proses pemijahan ikan lele secara alami adalah sebagai berikut:
1.      Kolam pemijahan, sebagai tempat untuk melakukan pemijahan dan biasa juga sebagai tempat untuk penetasan telur.
2.      Kakaban, sebagai substrat untuk menempelkan telur.
3.      Seser, Ember, dan Kain untuk mempermudah dalam penangjapan induk.
3.1.2.           Bahan
Bahan yang digunakan dalam pemijahan ikan lele secara alami adalah sepasang induk ikan lele yang sudah matang gonad.

3.2.       Metode
3.2.1. Seleksi Induk
Lele dumbo jantan dan betina yang akan dijadikan indukan harus benar-benar dewasa yang telah matang gonad.  Oleh karena itu, terlebih dahulu harus dilakukan seleksi agar tidak terjadi stres akibat induk yang terpilih belum siap pijah. 
Adapun cici-ciri induk lele yang telah matang gonad adalah sebagai berikut
Tabel 1.  Ciri ciri Lele Dumbo betina dan Jantan yang matang gonad
No
Ciri-ciri
Lele dumbo jantan
Lele dumbo betina
1.
Umur
8 – 24 bulan
12 – 24 bulan
2.
Bentuk tubuh
Ramping
Gemuk, relatif pendek
3.
Warna kulit kepala dan punggung

Gelap kehitaman / kecoklatan
Kelabu atau kekuningan
4.
Bentuk dan warna kelamin
Runcing, menonjol dan agak membengkak dengan warna merah pada bagian ujung
Bulat besar, tidak menonjol dengan warna merah
5.
Bentuk tubuh
Bobot dan panjang badan seimbang
Perut menggembung, lembek dan tidak cacat
6.
Gerakan
Cepat dan lincah
Agak lamban
                                                          

3.2.2.      Pemberokan Induk
Setelah seleksi induk dilakukan langkah selanjutnya adalah memasukkan induk hasil seleksi tersebut kedalam kolam pemberokan.  Induk jantan dan induk betina harus dipisahkan dalam kolam yang berbeda.  Pemberokan ini merupakan pemisahan induk jantan dan betina sementara waktu dengan tidak diberi pakan.  Biasanya pemberokan dilakukan selama 1-2 hari.  Adapun tujuan dari pemberokan adalah untuk mengurangi lemak pada tubuh induk agar telur mudah dikeluarkan, menambah daya rangsang pada saat dipertemukan jika menggunakan pemijahan alami, serta membersihkan saluran pencernaan/ isi perut. 

3.2.3.      Persiapan Kolam Pemijahan
Sterilisasi Alat dan media yang digunakan untuk pemijahan buatan sangat menunjang keberhasilan pemijahan karena penggunaan alat dan media yang terkontaminasi oleh bibit penyakit ( jamur, bakteri, virus dan parasit) maupun kotoran yang akan berpengaruh terhadap pembuahan.  Air merupakan media yang paling vital bagi kehidupan larva maupun benih ikan.  Kualitas dan kuantitas air  yang memenuhi syarat merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya ikan.

3.2.4.      Pemijahan Alami
Setelah disiapkan kolam pemijahan kita bisa memulai proses persiapan pemijahan antara lain :
a. Pengaturan kakaban didalam kolam pemijahan.
kakaban yang telah disiapkan diatur didalam kolam pemijahan secara teratur dan rapat sehingga semua telur bisa menempel dengan bagus di kakaban tersebut dan juga agar indukan lele tidak stres.  Kakaban yang sudah diatur di dasar kolam selanjutnya ditahan bambu dengan maksud agar kakaban setelah diisi air tidak naik keatas.
b. Mengisi kolam pemijahan dengan air bersih.
Setelah kakaban selesai diatur di kolam pemijahan selanjutnya dilakukan pengisian kolam dengan air bersih setinggi 25 sampai dengan 30 cm.
c. Pemindahan Indukan.
Kolam yang sudah terisi air berarti telah siap untuk diisi indukan, indukan yang sudah kita siapkan baik jantan atau betina segera dipindahkan ke dalam kolam pemijahan dengan menggunakan seser secara pelan-pelan agar lele tidak stres. Pemindahan indukan sebaiknya dilakukan pada sore hari sekitar  jam 16.00.
d. Proses Perkawinan.
Selama indukan didalam kolam pemijahan jangan sekali-kali membuat kegaduhan di sekitar kolam karena menyebabkan lele tidak akan bertelur dengan baik, lele baru akan bertelur kurang lebih setelah subuh sampai pagi hari apabila kondisi lingkungan tenang.
e. Pemindahan Telur
Biasanya pagi hari sekitar jam 6-7 pagi telur sudah bisa dilihat dengan mata kita ditandai adanya butiran warna hujau gelap diatas kakaban dan akan terlihat banyak sekali karena satu indukan bisa bertelur sampai 30.000 butir, selanjutnya pada sore harinya bisa diipindahkan masing-masing kakaban yang berisi telur ke masing-masing kolam penetasan.




IV.  PENUTUP


4.1.Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan pemijahan ikan lele dumbo secara alami dapat disimpulkan :
1.      Teknik pemijahan alami merupakan teknik pemijahan yang sangat praktis digunakan dalam pemijahan ikan lele dumbo.
2.      Tingkat keberhasilan penetasan telur relatif cukup tinggi
3.      Tingkat keberhasilan pemijahan lele dumbo secara alami ditentukan oleh tingkat kematangan gonad (TKG) induknya, penyediaan media penetasan yang berkualitas baik, dan kecermatan dalam penanganan.

3.1    Saran
Saran yang dapat penulis berikan setelah melaksanakan teknik kawin suntik dengan hormon ovaprim adalah :

1.      Saat melakukan seleksi induk harus benar-benar induk yang sudah matang gonad, karena apabila induk ikan belum benar-benar matang gonad kemungkinan ikan tidak mau memijah dan akhirnya malah berkelahi dan salah satu ada yang terluka,bahkan bisa sampai mati.Media yang digunakan untuk penetasan harus memiliki kualitas air yang baik, terutama  kandungan O2 , pH dan suhu harus sesuai dengan batasan  parameter kualitas air untuk pemeliharaan larva.






2 komentar: